Logo Indonesia

Mengapa Mudah Lupa dengan Hafalan Al Qur'an?

Penulis: Admin KARIB Sahabat Ummat | Topik: Rumah Qur'an | Status: Publish | Tanggal: 29-12-2020 09:36

Mengapa Mudah Lupa dengan Hafalan Al Qur'an?

Pernah tidak, kita merasa kesal karena mendapati hafalan yang baru saja disetorkan kepada Ustadz, tiba-tiba hilang saat akan diulang lagi. Rasanya, belum ada satu jam dari selesai setoran, namun gambaran ayatnya sudah tidak ada lagi di benak. 

Pernah tidak, kita merasa sudah berkali-kali menyetorkan juz, surat dan ayat yang sama, namun setiap kali mencoba menyetorkan kembali, seperti sedang menghafalnya ulang?

Pernah tidak, kita merasa lelah dengan perjuangan menghafal Al Qur'an, merasa tidak berbakat, sebab rasanya terlalu sulit untuk sekedar menghafal 1 ayat saja. 

Al Qur'an ini diturunkan kepada kita, bukan untuk membuat kita berat dan terbebani. Al Qur'an ini kita perjuangkan untuk bisa dihafal, bukan untuk membuat kita menjadi makhluk yang menyerah untuk memilih tak lagi berinteraksi. Al Qur'an ini kita ulang bacaannya setiap hari, bukan untuk sekedar bisa kita rapalkan lancar di depan asatidz tanpa ada kesalahan sama sekali. 

Al Qur'an memang mudah sekali lepas. Bahkan, Rasulullah sudah bersabda tentang hal itu, bahwa Al Qur'an ini bagaikan unta yang diikat. Jika diikat, dia tidak akan lari, jika tidak diikat maka dia akan pergi meninggalkan kita. Begitu juga ayat Al Qur'an. Mengulang-ulangnya setiap hari adalah upaya kita menguatkan ikatan itu. Semakin sering kita ikat, semakin kuat hafalan itu bertahan di benak. Tidak seperti tubuh, yang semakin tua akan semakin lemah meskipun dirawat sedemikian rupa; hafalan Al Quran semakin tua (lama) dalam penjagaan (pengulangan) akan semakin kuat dan kokoh dalam hati kita. 

Bukankah kita menginginkan bahwa, kelak ketika di akhirat, Allah menyuruh kita membaca ayat demi ayat; lalu kita bisa melafalkannya dengan lancar. Tanpa melihat mushaf tentunya. Kemudian Allah perintahkan kita untuk naik satu per satu derajat di surgaNya. Semakin banyak ayat yang kita lancar, maka semakin tinggi derajat kita di surga. Bayangkan jika kita mendapati hafalan surat Al Baqarah saja yang lancar, tingkatannya sudah naik hingga sejumlah ayatnya : 286 = 286 derajat. Masyaallah. Bagaimana jika ditambah Ali Imron lancar, An Nisa, belum lagi juz 30 yang kebanyakan kita sudah berhasil menghafal setengahnya. 

Indah bukan? Rasanya segala kemewahan di dunia tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan satu tingkat derajat di surgaNya. Lalu, mengapa kita tidak memperjuangkannya?

Merasa lemah karena kesulitan menghafal, atau selalu lupa dengan ayat yang dihafal?

Tidakkah kita bisa mengambil hikmah dari "mudahnya" ayat Al Quran ini terlepas dari ingatan? Ya, agar kita seumur hidup terus melaziminya, membacanya, mengulangnya, lagi dan lagi. Tidak pernah berhenti. Bisa kita bayangkan jika sekali hafal, bisa terus nempel, maka akan ada banyak orang yang selesai setoran 30 juz yang meninggalkan Al Qur'annya, tidak pernah lagi mengulangnya, karena tidak khawatir akan lepas/terlupa. Lebih-lebih jika niatan menghafalnya dari awal sudah salah, maka tujuannya sekedar mendapat sertifikat hafalan. Subhanallah. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan tersebut. 

Maka, sekali lagi, Al Qur'an mudah terlepas, sebab Allah ingin kita terus menerus membacanya. Teringat nasehat, tatkala ditanya tentang "hafalan yang baik itu yang seperti apa?".

Maka, jawabannya adalah hafalan yang selalu kita ulang-ulang, tak peduli apakah lancar atau tidak. Alangkah lebih baik jika kita merasa memiliki hafalan yang tidak mutqin/tidak lancar, lalu membuat kita terus mengulang-ulangnya, daripada kita memiliki hafalan yang sudah mutqin namun membuat kita enggan mengulangnya kembali. 

Semoga Allah memberikan kita taufik untuk senantiasa bersama Al Quran, di manapun, dan kapanpun, hingga akhir hayat kita. Semoga kita menjadi orang yang mendapat syafaat dari Al Quran kelak di hari perhitungan. Aamiin. 

Ditulis oleh : @adhwafannada
Rumah Quran Al Buruj

Donasi