Logo Indonesia

Senjata yang Terlupa

Penulis: Admin KARIB Sahabat Ummat | Topik: Kuttab Ummul Quro | Status: Publish | Tanggal: 25-02-2021 19:14

Senjata yang Terlupa

Kita ingin memiliki anak yang sholih, menghafal Al Quran, ahli ilmu, berakhlak mulia, juga penuh bakti pada orang tuanya. Sayang, banyak orangtua yang lupa dengan amunisi terbaik dalam mewujudkan hal tersebut, yaitu DOA. Banyak orangtua lupa mendoakan anak-anaknya menjadi sholih. 


Padahal, doa orangtua adalah satu di antara 3 doa yang tidak akan tertolak. Abu Hurairah Radhiyallahu an’hu berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tiga doa yang pasti dikabulkan tanpa diragukan lagi. Doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa orangtua terhadap anaknya.” (H.R At Tirmidzi)


Doa merupakan cermin kasih sayang dan cinta seseorang pada siapa yang didoakan. Begitu juga antara orangtua dan anak. Semakin bertambah rasa cinta orangtua dan anak, akan semakin banyak lantunan doa yang mengalir di antara keduanya. 


Doa menjadi bukti kuatnya tauhid seseorang kepada Allah. Sosok Nabi Ibrahim pun berdoa kepada Allah agar menjadikan sholih keturunan-keturunannya. Nabi Ibrahim tidak mengandalkan kehebatannya, melainkan Beliau Alaihissalam bertawakkal kepada Allah yang berkuasa atas setiap anak keturunannya.


Maka, sebagai orangtua yang tentu jauh dari kualitas Nabi Ibrahim, kita semakin wajib menyerahkan keturunan kita pada Allah. Doakan terus anak-anak kita, “Robbij’alniy muqiimashsholati wa mindzurriyati, robbana wa taqobbal du’aa”


Doa menjadi senjata orang beriman. Maka, doa harus menjadi senjata kita sebagai orangtua yang menginginkan keturunan kita menjadi sholih dan sholihah. 


“Ya Allah, mudahkanlah bagiku untuk bersyukur terhadap nikmat yang telah engkau berikan kepadaku juga kepada orang tuaku. Dan agar aku terus melakukan amal sholih yang Engkau ridhoi. Ya Allah perbaikilah keturunanku, sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri. “ (Doa Abu Bakar Ash Shiddiq yang Allah abadikan di dalam Al Quran)


Orang-orang sholih akan selalu menggantungkan kesholihan anaknya kepada Allah. Maka, gantungkan pengharapan kita pada Allah, yang membolak-balikkan hati anak keturunan kita. Kita tidak mungkin menjaga dan mengawasi perilaku anak 24 jam. Bahkan, seandainya anak kita sedang berada di rumah, seringkali kita tidak mengetahui “tontonan” apa yang sedang disimak oleh anak kita, bacaan apa yang sedang ditelaah anak kita, dan perilaku siapa yang sedang dijadikan teladan bagi anak kita. Sungguh lemah pengawasan kita sebagai orangtua jika tidak menyerahkan pengharapan sholihnya anak-anak kita kepada Allah. 


Sungguh indah, sebuah lafadz dalam dzikir pagi petang, “Ya Hayyu Ya Qayyum, birahmatika astagish.. Ashlihliy sya’niy kullah. Wa laa takilniy ila nafsi thorfata ‘ain”, 


“Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri dengan sendiriNya. Dengan rahmat-Mu, aku mohon pertolongan. Perbaikilah urusanku SELURUHNYA, dan jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku walau hanya sekejap mata”


Jangan mengandalkan diri kita yang lemah, apalagi untuk urusan pendidikan anak kita. Adukanlah semuanya pada Allah. Merintihlah, dan memohonlah pada Allah, agar Allah jadikan anak-anak kita keturunan sholih dan sholihah. Agar Allah jadikan anak-anak kita sebagai generasi Qur’ani, generasi Robbani.


“Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a’yun, waj’alna lil muttaqina imaman. Rabbana, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa.”


Aamiin, yaa rabbal ‘alamiin. 


Barokallahu fiikum


Ditulis oleh : @adhwafannada

Kuttab Ummul Quro Blora


Donasi